= SMKN 1 Maja Menuju SMK Pusat Keunggulan - Nuansa Metro

SMKN 1 Maja Menuju SMK Pusat Keunggulan


Foto : H.Tatang S.Ag, M.M, Kepala SMKN 1 Maja.

www.nuansametro.co.id - Majalengka
SMK Pusat Keunggulan merupakan salah satu program prioritas dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Pendidikan Vokasi) Kemendikbud. Program ini lahir sebagai upaya pengembangan SMK dengan program keahlian tertentu, agar mengalami peningkatan kualitas dan kinerja. 

Tentunya, pencapaian tersebut harus diperkuat dengan adanya kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), plus hadirnya pemerintah daerah setempat beserta perguruan tinggi vokasi sebagai pendamping. 

Selain itu, melalui program SMK PK ini juga diharapkan dapat menjadi sekolah rujukan dan pusat peningkatan kualitas dan kinerja sekolah di sekitarnya, agar semakin relevan dengan kebutuhan dunia kerja maupun industri. 

Hal itu disampaikan H.Tatang S.Ag, M.M, Kepala SMKN 1 Maja, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat saat menerima kunjungan  www.nuansametro.co.id, di ruang kerjanya.

"SMKN 1 Maja dikenal oleh masyarakat sebagai satu-satunya, sekolah pertanian yang ada di kabupaten Majalengka dengan memiliki empat kompetensi keahlian", jelasnya.

Lebih lanjut H. Tatang, S.Ag, M.M menjelaskan, keempat kompetensi keahlian terangkum dalam ATPH (Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura). SMK Pusat Keunggulan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja. 

"SMKN 1 Maja sebagai SMK Pusat Keunggulan diharapkan akan menjadi rujukan dan dapat melakukan pengimbasan untuk mendorong peningkatan kualitas dan kinerja lulusan SMK di Majalengka", tambahnya.

Upaya mewujudkan keselarasan antara SMK dengan dunia kerja hal yang  ditempuh SMKN 1 Maja, melalui pemenuhan beberapa aspek link and match. Pertama, kurikulum disusun bersama sejalan dengan penguatan aspek softskills, hardskills, dan karakter kebekerjaan sesuai kebutuhan dunia kerja. 

Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis project riil dari dunia kerja (project based learning) untuk memastikan hardskills, softskills, dan karakter yang kuat. Ketiga, peningkatan jumlah dan peran guru/instruktur dari industri maupun pakar dari dunia kerja. 

Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, bagi lulusan dan bagi guru/instruktur sertifikasi kompetensi harus sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja. Keenam, bagi guru/instruktur perlu ditekankan untuk memperbarui teknologi melalui pelatihan secara rutin. 

Ketujuh, dilakukannya riset terapan yang mendukung teaching factory berdasarkan kasus atau kebutuhan riil industri. Kedelapan, komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja. 

"SMKN 1 Maja juga mendorong agar tercipta kolaborasi dengan dunia kerja dapat semakin ditingkatkan, di antaranya melalui kemungkinan kerja sama beasiswa dan/atau ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium, dan lainnya", pungkas H Tatang.

 (Soni WS)