www.nuansametro.com - Karawang
Keberanian Dr. Rakhmat Gunadi saat melaporkan Bank BJB terkait potongan TPP kepada APH mendapat apresiasi yang sangat luar biasa. Pancajihadi AL Panji Sekjen LSM Kompak Reformasi membandingkan keberanian Dr. Rahmat Gunadi dengan sosok Max Havelaar, seorang ASN golongan tinggi kala itu menjabat sebagai Asisten Residen Afdeling Lebak pada Keresidenan Banten.
Dalam wawancara exclusive dengan nuansametro.com, Al Panji menjelaskan bahwa Max Havelar adalah tokoh utama cerita dalam novel karya Multatuli. Namun sebenarnya pengalaman penulis Eduar Douwes Dekker sendiri dengan nama samaran Multatuli yang pernah menjabat asisten residen di daerah tersebut.
Dalam novel itu diceritakan penderitaan kaum Bumiputera yang mengalami perlakuan buruk berupa Cultuur stelsel atau tanam paksa serta eksploitasi dari pemerintah Hindia Belanda dan Pejabat Bumiputera.
Max Havelaar yang nota bene ASN pemerintah Hindia Belanda beberapa kali melaporkanan perilaku dzalim tersebut ke Pemerintah Pusat Gubernur Genderal di Batavia, namun tidak pernah digubris. Dan akhirnya sang Asisten Residen ini mengundurkan diri kembali ke Belanda.
Novel Karya Eduar Douwes Dekker ini ini membuka pemerintah Belanda dan akhirnya merubah politik yang explotatif terhadap Hindia Belanda menjadi politik etis atau politik balas jasa dan bagi kaum Bumiputera diperbolehkan sekolah dan dibangunnya infrastruktur jalan dan irigasi.
"Tidak berlebihan bila Dr. Rahmat Gunadi ini kami sandingkan dengan tokoh Max Havelaar, kami menilai dua ASN ini tidak memikirkan jabatan, tapi memikirkan bahwa sebuah sistem bisa dirubah tanpa merugikan salah satu pihak. Padahal keberanian ini penuh dengan resiko" tutur Al Panji.
Menurut Al Panji, memang benar dalam era demokrasi ini tidak hanya masyarakat biasa saja yang bisa menikmati kebebasan, tapi ASN juga sama dengan adanya UU keterbukaan informasi publik dan Pengadilan Tata Usaha Negara. dua instrumen sebagai contoh, ini menunjukkan segala aspirasi bisa ditempuh.
"Tapi ingat ini bukan hal yang mudah dalam realisasinya. Terlebih ASN masih berkultur "taat pimpinan". Mudah-mudahan saja keberanian Dr. Gunadi ini bisa menular ke ASN-ASN lain" tegasnya.
Al Panji menuturkan, bukan rahasia umum lagi bila ada ASN Karawang mempertanyakan dalam hati tentang neraca keuangan Korpri, dan itupun bukan hal yang gampang untuk mempertanyakannya secara formal maupun informal. Tentu ini perlu keberanian bagi ASN Karawang untuk bertanya hal tersebut.
"Ini salah satu contoh saja. Dan para pemangku jabatan strategis ASN Karawang, tentunya harus juga introspeksi diri dan membuka koridor komunikasi agar tidak menjadi api dalam sekam dan menjadi bom waktu. Dan tentu saja semua ada etika dan aturan dalam menyampaikan pendapat seperti yang dilakukan Rahmat Gunadi ini" Pungkasnya. (Red)