= Keluarga Almarhumah S Dibikin Resah dan Panik, Diduga Akibat Perlakuan Pihak Petugas Protokol Kesehatan Puskesmas Tirtajaya - Nuansa Metro

Keluarga Almarhumah S Dibikin Resah dan Panik, Diduga Akibat Perlakuan Pihak Petugas Protokol Kesehatan Puskesmas Tirtajaya


Pengelola Klinik Legowo, dr. Sari saat diwawancarai oleh wartawan Nuansa Metro.

www.nuansametro.com- Karawang
Terkait adanya kesalahpahaman antara pihak keluarga korban S dengan pihak  Klinik Legowo dan juga pihak Puskesmas Tirtajaya. nuansametro.com melakukan konfirmasi kepada pihak- pihak terkait, diantaranya kepada pengelola Klinik Legowo, dr. Sari. 

Sebelumnya, pasien yang bernama S berobat ke klinik, pihak Klinik mengambil tindakan pertama melakukan pemeriksaan 
Rapid test antigen covid dengan alat Clungene. Alat tersebut merupakan alat untuk mendeteksi virus corona, yang dapat memberikan hasil diagnosis yang cepat, yaitu hanya dalam waktu 15 menit, pasien sudah dapat diketahui hasilnya dan keakuratannya sendiri mencapai 80%. 

Saat itu hasil tes untuk pasien S dinyatakan reaktif (tergejala) atau terkompirmasi, namun harus dibuktikan juga melalui tindakan Swab-PCR.

Puskesmas Tirtajaya

Hal itupun dibenarkan oleh dr. Sari saat ditemui di klinik Legowo, menjelaskan bahwa Rapid test adalah sampel darah dengan tusuk jari atau darah dari vena, sedangkan Swab-PCR yaitu sampel dari rongga nasofaring dan atau orofarings. Rapid test sederhana dan lebih cepat sedangkan Swab-PCR lebih rumit dan memakan waktu, Rapid test bisa reaktif atau non reaktif, Swab-PCR bisa positif atau negatif.

"Baik rapid test maupun PCR memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Keduanya bisa dipakai dalam rangka diagnosis Covid-19. Rapid test direkomendasikan bagi masyarakat untuk tes skrining yang hendak secara mandiri mengetahui kondisinya terkait dengan Covid-19" ucap dr. Sari. 

Untuk kejadian yang dialami korban S, dokter Sari, saat itu telah menyarankan untuk isolasi mandiri, tetapi apabila kronis, dapat dibawa ke Puskesmas, karena disana ada petugas Covidnya.

Dadang keluarga Almarhumah S

"Untuk melakukan tindakan terhadap pasien yang tergejala tersebut, klinik belum memiliki prosedur standard penanganan, masih simpang siur, ditambah klinik Dokter jaganya cuma satu dan juga peralatannya tidak lengkap" ungkapnya.

Dokter Sari pun membenarkan, adanya kesalah pahaman surat hasil test yang diselipkan ke plastik obat. Mestinya cukup surat pengantar saja yang diberikan ke pasien untuk ke Puskesmas kalau perlu. 

"Cuma itu yang bisa saya jelaskan" ucap dr.Sari.

Ditempat terpisah Nuansa Metro kembali meminta keterangan kepihak keluarga S di rumah duka. Keluarga Almarhumah S mengatakan, bahwa  Almarhum telah menjalani pemeriksaan diklinik Legowo tepatnya pada hari Jumat'at (5/3/2021). Pihak keluarga pun membenarkan, setelah pemeriksaan Rapid test antigen covid, almarhumah memang waktu itu hasilnya reaktif.

"Memang pihak klinik menyarankan untuk isolasi mandiri, tapi kalau kronis bawa saja ke Puskesmas. Saat itu keluarga panik dan kebingungan, akhirnya kami bawa pulang dulu, setelah pulang dari klinik S meninggal dunia, dan belum sempat dibawa ke Puskesmas" Jelas pihak keluarga.

Menurut salah satu anak dari Almarhumah S, mengatan, Saat almarhum meninggal, tiba-tiba pihak keluarga kedatangan dari pihak puskesmas Tirtajaya, lalu meminta kartu keluarga, KTP, kartu KIS dan yang terakhir surat rujukan dari klinik Legowo.

"Kami sebagai keluarganya dan juga anak dari Almarhumah, sangat kaget kedatangan pihak puskesmas yang akan membawa orang tua kami. Ibu kami meninggal dirumah, bukan dirumah sakit, jadi untuk apa persaratan itu. Sudah nama baik keluarga kami cemar disebabkan prosesi mayat dilakukan dengan cara prokes Covid. Tes Swab aja belum, masa orang tua kami di vonis Corona dan dimakamkan secara covid. Aneh!!" Sesal anak Almarhumah.

Lebih lanjut anak almarhumah S menyesalkan dengan tindakan pihak puskesmas Tirtajaya. 

"Rapid test antigen covid yang dilakukan klinik Legowo, bukan berarti ibu saya meninggal disebabkan covid, karena ada satu lagi tahapan yaitu Swab-PCR dan Almarhumah belum menjalankan itu, tapi tiba-tiba pihak Puskesmas mengklaim ibu saya terkena Corona. Dan menguburkannya dengan cara protokol kesehatan. Apa-apan kelakuan seperti itu. Tidak ada hati nurani mereka itu" ucap anak Almarhumah dengan nada jengkel atas perilaku pihak puskesmas.

Pihak keluarga pun berharap, agar tim kesehatan jangan seenaknya saja menerapkan dan menjalankan proses pemakaman orang tua nya dengan cara protokol kesehatan. Yang belum tentu hasil Swab nya dinyatakan positif Covid 19.

"Pak wartawan tolong sampaikan ke pemerintah, masyarakat jangan dibuat resah dan mencekam dengan hal-hal seperti itu. Almarhumah itu belum ada hasil tes Swab nya. Kenapa mereka perlakuan orang tua saya seperti itu" pungkasnya.
(Agus Hen)